Selasa, 17 Juni 2014

Naskah Drama Cloudy



CLOUD(Y)
(Achi TM)

PROLOG
Seorang gadis yang selalu merasakan kesedihan dalam hidupnya kerana kehilangan secara terus menerus orang yang ia sayang. Gadis yang berparas cantik ini dengan badan sedikit gemuk bernama Mendung Megasari. Dia memiliki sahabat sejak SMA yang tak kalah cantik pula dan berbadan langsing bernama Verani Aulia Utami yang menusuk hati Mendung ketika menyukai seseorang yang sama yaitu Pak Geri pemilik EO BLitZ yang berwajah tampan, ramah, dan memiliki kredibilitas tinggi. Kelicikan Verani membuat dia dijadikan sekretaris pribadi Pak Geri sewaktu Mendung dan dia melamar pekerjaan di kantor BLitZ. Pertemuan di kantor saat meeting pertama sangat membuat Mendung merasa bersedih.


BABAK 1
NOVEL CLOUD(Y)
(Suasana hening berubah menjadi suara riuh diskusi para karyawan BLitZ, yang terlihat sangat professional hingga usai meeting pada pagi hari itu)
Pak Geri                        : (Menyeka keringat yang ada di keningnya) “Baiklah kawan, saya rasa meeting kali ini usai sampai disinii, nanti sore saya kan check semua pekerjaan kalian dengan konsep yang telah kita susun tadi”
Para Karyawan             : (Membereskan kertas-kertas sisa diskusi) “Baik Pak”
Pak Geri                        : (Memperbaki kerah bajunya yang sedikit kendor)” Mendung, aku mau mengajakmu makan malam”
Mendung                      : (Kaget dengan sedikit gagap) “Emm. Di… di… dirumah Pak    Geri?”  (Menutup mulut dengan telapak tangan)
Pak Geri                        : (Menahan tawa) “Susi.. beritahu mendung bahwa kita
       selalu punya acara makan malam bersama karyawan
       lainnya untuk menyambut karyawan baru, Tentu saja
       bukan dirumahku”
  (Mengatakan kalimat terakhir dengan terbahak)
Mendung                      : (Tersipu malu)” Hmmmhm.. maaf pak saya lancang tadi”
     (Menunduk kebawah)
Pak Geri                      : (Tertawa terbahak)” Tidak apa Mendung, pasti kamu tidak pernah diajak  pacar kamu keluar makan malam ya, kata Verani kamu anaknya sok baik”
Mendung                      : (Memalingkan wajahnya dengan berbicara dengan karyawan lain)” Hmmm, mungkin iya Pak” (Pak Geri beserta karyawan lainnya beranjak meninggalkan ruang meeting)
Mendung                      :” Verani, tolong tetap tinggal disini sebentar, aku ingin
                                        bicara” (Menarik tangan Verani)
Verani                           : (Melepaskan cengkraman Mendung)” Apa sih Men?”
                                        (Menjawab sinis)
Mendung                      :” Kenapa kamu bilang, jika aku orangnya gitu ke Pak Geri? Aku malu Verani.” (Menepuk dadanya)
Verani                           :” Kenapa malu, emang kamu seperti itu. Aku hanya mengalihkan perhatian ketika ngobrol dengan Geri saat dinner tadi malam” (Menjawab ketus)
Mendung                      : (Terkejut)” Dinner?”
Verani                           :” Ya, memangnya kenapa? Apa kamu iri denganku?
                                           Lihat dan berkacalah. Siapa kamu?”
Mendung                      :” Oh Verani, selama 7 tahun kita bersahabat. Kamu
                                           tidak pernah berkata sekasar itu padaku”
Verani                           : “Mendung…. Persahabatan kita hanyalah sebuah
      bingkai foto yang kamu sendiri tidak pernah tahu foto
      apa yang ada di dalamnya”
Mendung                      : (Mencengkeram tangan kanan Verani)” Apa maksudmu?
      Aku tidak mengerti, apa yang kamu katakan!”
Verani                           : (Mengibaskan cengkeraman Mendung)” Sudahlah Mendung, jangan ajak aku berdebat disini, ingat ini bukan rumahmu yang hanya ada manyat hidup yang menonton Tv saja, tapi ini kantor, kantor BLiZ tempat bekerja, kamu mau kita ditegur lalu dipecat?” (mamalingkan badan menuju pintu keluar)
Mendung                      : (Matanya berkaca-kaca menahan tangisan)” Aku tidak menyangka, bahkan dia menyebut nenekku mayat hidup! Oh tidak.. Verani benar-benar berubah bahkan dia tidak memperdulikan perasaanku.” (Memegang kepala dengan duduk di bangku meeting sendirian)
Susi                               : (Memasuki ruang meeting dengan tergopoh-gopoh)” Mendung… Mendung …. Kamu kenapa?”
Mendung                      : (Menyeka air mata yang ada di pipinya)” Aku tak apa Susi.”
Susi                               : (Memegang bahu Mendung)” Aku mendengar pertengkaranmu dengan Verani tadi, maaf aku lancang Mendung.”
Mendung                      :” Siapa yang bertengkar? Aku dan Verani hanya bicara seperti biasa tadi, tak ada pertengkaran diantara kami.”
Susi                               :” Sudahlah Mendung.. Aku lebih mengenal Verani daripada kamu mengenalnya.”
Mendung                      : (Terkejut)” Kamu? Kamu sahabat Verani? Kenapa aku tidak mengetahuinya padahal kami sudah bersahabat selama 7 tahun.”
Susi                               :” Sudahlah Mendung tidak usah kau hiraukan, kamu tidak akan merasa kehilangan lagi, tapi kamu yang akan meninggalkan Verani.”
Mendung                      :” Aku? Apa maksudmu Susi? Dan Mengapa kamu tahu tentang aku yang kehilangan?”
Susi                               : (Mengulum senyum kecil)” Nanti kamu pasti mengerti.” (Berjalan tenang menuju pintu keluar ruang meeting)

BABAK 2
NOVEL CLOUD(Y)
Suara nyayian Verani, wati, dan para karyawan yang semakin heboh saat karaoke setelah makan malam berlangsung dengan penuh percaya diri di sebuah resto yang ada fasilitas karoekanya.
Pak Geri                        : (Berjalan menghampiri Mendung)” Tidak ikut bernyanyi?”
Mendung                      : (Menggelengkan Kapala)” Hmmm, Tidak.”
Pak Geri                        :” Aku pikir kamu suka bernyanyi, makanya aku aja ke karaoke ternyata Verani yang lebih suka bernyanyi.” (Tertawa Kecil)
Mendung                      : (Tersenyum)” Aku.. aku memang suka bermain gitar dan bernyanyi, tapi kemarin Geri uhm, maksud saya Pak Geri juga tahu saya tidak pandai bernyanyi.”
Pak Geri                        : (Mengalihkan Pandangannya)” Iya sih, tapi semua kekurangan kita bisa jadikan kelebihan. Asalkan kita mau mengasah potensi kita dengan baik.”
Mendung                      :” Tapi aku tidak bercita-cita ingin menjadi penyanyi.”
Pak Geri                        :” Ya aku tahu.” ( Mengambil sebungkus rokok dan mulai memaminkan kotaknya ) “Verani bilang, kamu dan dia punya impian ingin bekerja di BLitZ. Sejujurnya aku bangga, ada sepasang sahabat yang sungguh sungguh mencapai impiannya. Itu sebabnya kalian kuliah di jurusan broadcast kan?”
Mendung                      : (Menganggukan kepala)” Iya.”
Pak Geri                        : (Meletakkan kembali bungkus rokoknya)” Aku suka dengan orang-orang yang bersungguh-sungguh” (Mengambil segelas air putih lalu meneggaknya cepat)
Mendung                      :” Bernakah?”
Pak Geri                        :” Ya.. bekerjalah dengan sungguh-sungguh di BLitZ.” (Menepuk bahu Mendung)” Oke kawan-kawan, sepertinya acaranya telah usai. Ini sudah larut. Jika ada yang ingin pulang saya izinkan.”
Semua karyawan menghentikan segala aktivitas yang mereka lakukan di tempat karoeke dan beranjak untuk pulang karena sudah larut malam.
Mendung                      :” Verani, tunggu aku sebentar ya.. aku ingin ke toilet.”
Verani                           :” Jangan lama-lama.” (Menjawab sinis)
Mendung                      : (Berlari kecil menuju toilet)” Baiklah.”
Pak Geri                        : (Mengulum senyumnya)” Verani mangapa kamu sendirian?”
Verani                           :” Hmm, aku sedang menunggu Mendung.”
Pak Geri                        :” Sebenarnya ada hal yang harus aku bicarakan denganmu.”
Verani                           : (Terkejut)” Ada apa? Apa aku dan Mendung berbuat kesalahan?”
Pak Geri                        : (Meraih tangan Verani dan memegangnya dengan bersimpuh di depannya)” Tidak kamu bukan suatu kesalahan, melainkan suatu anugerah untukku Verani, Maukah kau jadi kekasihku?”
Verani                           : (Terkejut)” Hhmmm, iya.”
Tiba-tiba Mendung muncul dan melihat kejadian itu seketika dia merasa marah dengan Verani ketika mendengar Pak Geri menyatakan cintanya dan Verani menerimanya.
Mendung                      : (Matanya berkaca-kaca)” Ohhh… tidak.. Verani! Apa kamu tidak memperdulikan perasaanku sama sekali, kamu tahu bahwa aku sangat mencintai Pak Geri Tapi.…?”
Verani                           : (Mengibaskan rambutnya)” Ini bukan salahku. Pak Geri yang sudah lebih dulu menyukaiku.”
Mendung                      : (Meraih tangan Pak Geri)” Pak Geri, sebenarnya Verani melamar kerja dan mendekati Pak Geri hanyalah sebuah batu loncatan supaya seluruh milik Pak Geri menjadi miliknya..”
Pak Geri                        :” Apa maksudmu?”
Mendung                      :” Iya, sebenarnya sejak SMA dulu aku dan Verani memiliki mimpi untuk bisa punya EO sendiri dan bisa terkenal seperti EO BLiZt, dan Verani… Verani ingin memiliki EO BLiZt”
Verani                           :” Apa yang kamu katakan Mendung? Jangan bergurau? (Meraih tangan Pak Geri)” Apa yang ia katakan semua itu bohong?”
Tiba-tiba muncul Susi dari ujung lorong tempat Verani, Pak Geri dan Mendung Berdebat.
Susi                               :” Semua yang dikatakan Mendung itu bohong Pak Geri, saya tadi siang mendengar sendiri pertengkaran mereka di ruang meeting.. dan kasian Verani ditindas terus oleh Mendung.”
Pak Geri                        :” Aku tidak menyangka wajah polos nan lugumu itu hanyalah sebuah kedok belaka, BLiZt tidak pernah bisa menerima karyawan sepertimu, Mulai malam ini kamu saya pecat!”
Mendung                      :” Tapi pak?”
Verani                           : (Meraih tangan Pak Geri)” Mari sayang, kita pulang, ini sudah larut!” (Pak geri dan Verani berjalan menuju pulang)
Susi                               : (Mengulum senyumnya)” Malangnya kau Mendung. Aku sudah bilang padamu kalau kamu yang akan meninggalkan Verani.”
Mendung                      : (Menangis)” Jadi ini permainan kalian.”
Susi                               :” Entahlah.” (Berjalan menuju lorong keluar dari resto itu)
Pada saat bersamaan cuaca sepertinya mengerti perasaan Mendung yang sedang bersedih, turunlah hujan menemani tangisan Mendung yang semakin deras dengan backsong alunan suara hujan yang juga ikut semakin deras. Mendung merasa kehilangan kembali dan perasaan yang menyiksanya mendera. Kehidupan Mendung diselimuti dengan kesedihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar