Rabu, 06 Mei 2015

My Story




PERJALANAN HIDUP SEORANG NINA INDRIYANTI RATNASARI



Assalamu’alaikum Wr Wb

Bismillahirohmannirohim….

Baiklah, sebelumnya aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku Nina Indriyanti Ratnasari, lahir dari sepasang suami istri bernama Eko Maryono dan Siti Naeroh Watmiatun. Aku bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di kotaku yaitu di SMA Negeri 1 Blora. Aku mengambil konsentrasi jurusan di bidang social, tepatnya di jurusan IPS. Berkaitan dengan cita – citaku yang ingin menjadi seorang Gubernur mengharuskanku untuk belajar tentang lingkungan di sekitarku. Baiklah, aku akan memulai menceritakan Kisahku.

Senja sore itu, tepatnya tanggal 2 mei 1997 silam. Telah lahir seorang gadis keturunan Jawa tulen di desa Kendayaan Kecamatan Ngawen Blora nan asri itu. Nina Indriyanti Ratnasari itulah namanya. Tepatnya itu adalah tanggal kelahiranku ke dunia yang fana ini. Aku tinggal bersama simbah setelah ibu dan ayahku memutuskan untuk merantau ke Jakarta, karena kehidupan kami saat itu masih jauh dari kata cukup. Krisis moneter pada saat itu menyebabkan aku harus terpisah dengan orang tuaku selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Semenjak saat itu hidupku memang harus berjuang, karena kelahiranku saja ada di masa Krisis Moneter yang mengharuskan orang untuk berjuang kala itu. Setelah aku berumur 4,5 tahun, ibu dan ayahku membawaku untuk tinggal bersama mereka di Jakarta. Karena aku harus menempuh pendidikan kanak-kanak, aku disekolahkan oleh orang tuaku di salah satu Taman Kanak-kanak swasta Islam yang bernama TK AL-JIHAD. Aku menempuh pendidikan dengan penuh semangat waktu itu hingga satu tahun lamanya. Kala itu orang tuaku masih sebagai “kontraktor” alias orang  yang mengontrak beberapa petak rumah di Jakarta. Ayahku bekerja sebagai kuli bangunan dan ibuku bekerja sebagai buruh pabrik.

Setahun telah berlangsung, kemudian aku melanjutkan sekolah dasar di salah satu sekolah milik pemerintah. SDN Sepanjang Jaya Dua menjadi tempatku menimba ilmu selama kurang lebih 4 tahun karena aku harus pindah untuk kembali ke Blora. Prestasi akademik yang aku dapatkan juga tak begitu buruk, aku mendapatkan rangking satu mulai kelas satu SD sampai dengan caturwulan terakhir aku disana. Semasa aku disana tak jarang pula aku mengikuti lomba untuk mewakili sekolahku, yaitu lomba Gerak Jalan Tingkat Kecamatan, Lomba LCC siswa Teladan, Siaga Pintar dll. Kemudian aku harus melewati masa-masa sulit karena harus meninggalkan orang-orang terkasih yang ada disana seperti teman-teman kecilku. Kepindahanku ke Blora tersebut bukan tanpa alasan. Saat itu, keluargaku sedang dalam masalah, Ayahku bangkrut dan ibuku  telah berhenti bekerja. Kami menanggung hutang yang tak sedikit nilainya ditambah lagi ayahku ketahuan telah memiliki wanita lain selain ibuku. Hal tersebut menjadi cobaan yang aku alami bersama ibuku di tengah kota metropolitan yang kejam itu. Seluruh asset keluarga terjual karena harus membayar hutang pada rentenir.  Ibuku menghadapi masalah ini dengan penuh kesabaran dengan ditemani dukungan aku bersama adik dalam kandungan ibu. Saat itu ayahku tidak bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya dan beliau kabur meninggalkan kami. Setelah konflik itu reda, akhirnya ibu dan aku memutuskan untuk pulang ke Blora karena sudah tak ada harapan lagi kami untuk bisa bertahan hidup di kota penuh polusi itu.

Pendidikan yang aku tempuh tidak begitu saja terhenti, aku melanjutkan sekolah di SD Gedebeg 2 yang ada di desaku. Selama kurang lebih 2 tahun aku manamatkan pendidikan Sekolah Dasar dengan prestasi yang tak buruk. Aku mendapatkan juara 2 siswa teladan tingkat  Kecamatan, juara 2 Gerak Jalan Tingkat Kecamatan  dan mengikuti beberapa kali Lomba Macapat. Setelah itu aku melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP N 2 Ngawen yang jaraknya 8 km dari rumah yang ku tempuh dengan menggunakan sepeda hadiah dari simbah karena aku mendapat rangking 1 Nilai Ujian tingkat Sekolah. 

Masa pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang akan jalani dengan semangat belajar itu juga menorehkan banyak prestasi. Berkat doa dan dorongan dari keluarga yang paling aku cintai aku mendapatkan beberapa beasiswa prestasi di SMP ku. Beasiswa itu dapat membantu ibuku untuk bisa membayar biaya sekolah selama 3 tahun pendidikanku. Terlebih lagi ibuku hanyalah seorang buruh tani yang bekerja di ladang milik orang lain. Berhubungan dengan hal itu, aku membelikan sebuah mesin jahit untuk ibu supaya bisa sedikit menopang kehidupan ekonomi kami. Uangnya aku peroleh dari hasil lebihan uang dari beberapa beasiswa yang aku dapatkan. 

Ketika aku beranjak kelas 9, aku diberi pertanyaan oleh beberapa guru, tentang kelanjutan dari pendidikanku. Aku hanya terdiam, karena melihat keadaan ibuku yang menyandang status janda serasa hal yang mustahil untuk aku bisa melanjutkan sekolah. Sekolah SMA sepengetahuanku kala itu sangatlah mahal karena akses transportasinya jauh dan otomatis mahal, belum lagi biaya sekolahnya, membeli peralatan sekolah dll. Aku menjawabnya tenang dengan jawaban yang mungkin mengejutkan guruku, aku mengatakan bahwa aku ingin menjadi seorang pembantu rumah tangga di Jakarta dan aku tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Karena hal tersebut, beberapa guru manawarkan option untuk aku bisa bersekolah. Dengan beberapa pertimbangan bersama keluarga akhirnya aku memberanikan diri untuk bisa melanjutkan sekolah ke SMA, dengan pengharapan beasiswa dari pemerintah layaknya yang diinformasikan oleh Bapak/Ibu guru saat itu. Aku diterima di SMA Negeri 1 Blora melalui jalur regular. Di sanalah aku memulai perjuanganku untuk bisa meraih cita-citaku. Aku hanya bisa bersyukur pada yang Kuasa karena-Nya aku mendapatkan pertolongan yang tak ternilai harganya, yaitu pendidikan.

Jarak rumahku dengan SMA kurang lebih 24 km, dan tidak dimungkinkan untuk aku melaju dari rumah setiap hari. Berkaitan dengan hal itu, kost menjadi salah satu jalan keluarnya. Saat itu, biaya kost sangatlah mahal menurutku, suapaya lebih hemat dan menambah ilmu juga, aku memilih untuk menjadi santri di salah satu Pondok yang ada di Blora. Pondok Al-Banjari karena biayanya lebih murah dan aku bisa menimba ilmu disana. Hidupku memang harus berjuang salah satunya dengan hidup bertirakat. Menjadi seorang santri dan siswa SMA Umum tidaklah mudah. Mayoritas waktuku untuk menjalani kegiatan keseharianku, tak jarang jika aku hanya tidur 4 jam setiap harinya. Bangun mulai jam 3 pagi untuk sholat malam dan antri mandi setelah itu sholat subuh lalu mengaji menjadi rutinitas hidupku setiap harinya. Selanjutnya aktivitas sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore dilanjutkan kajian Islam bersama ustad yang ada di Pondok menjadi kegiatan keseharianku yang aku jalani.

Kerasnya kehidupan mengharuskanku memiliki kekuatan dan tenaga yang ekstra, keluarga adalah semangatku untuk menjalani segala cobaan hidup yang ada. Pertama kali menginjak kota Blora, aku hanya seorang diri karena sebelumnya tidak ada teman yang sedaerah denganku. Supaya mendapatkan teman, aku  mengikuti beberapa kegiatan sekolah untuk menambah relasi. Aku mengikuti seleksi untuk menjadi anggota MPK SMA Negeri 1 Blora, Alhamdullilah diterima. Selain itu aku juga mengikuti beberapa ekstrakurikuler meliputi Seni Tari, Karawitan dll. Kemudian aku juga mengikuti Organisasi Kerohanian Islam yang ada di sekolah atau biasa disebut (ROHIS). Selanjutnya, selain kegiatan organisasi dan kebudayaan aku juga mengikuti OSN Geografi hingga aku dikirim untuk menjadi wakil sekolah di ajang OSK tingkat Kabupaten untuk bidang Geografi. Namun, peruntunganku belum baik aku belum bisa memenangkan lomba tersebut untuk sekolahku. Selanjutnya, ketika beranjak tahun kedua kepengurusanku  dalam organisasi aku di amanahi oleh teman-temanku untuk menjadi Ketua MPK SMA Negeri 1 Blora yang menjadi lembaga Legislatif yang ada di SMA 1 Blora.

Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika hari pertama Masa Orientasi Sekolah mengharuskanku untuk pulang sekolah di waktu sore. Aku yang berangkat dan pulang sekolah hanya bergantung dengan bis kota yang lewat di sepanjang jalan Ngawen-Blora, akupun merasa ketar ketir karena tak akan ada bis yang lewat melebihi jam 4 sore. Ketika itu jam 5 sore, sudah berakhirnya waktu berlangsungnya Masa Orientasi Siswa dan waktunya aku pulang. Saat itu, aku mempercepat langkah kaki ku menuju halte kota yang berada sekitar 2 km dari sekolah. Saat itu waktu menunjukan setengah 6 sore. Pupuslah harapanku untuk bisa pulang dengan menggunakan bis antar kota. Jalan keluar terakhir adalah aku harus meminta tumpangan orang lain untuk bisa pulang yang biasa aku sebut dengan “mbadak” itulah nama yang aku sering sebut.

Sensasi dan keberanian untuk menyetop orang dipinggir jalan, supaya bisa numpang adalah tantangan tersendiri untukku, awalnya aku merasa takut untuk melakukan hal semacam itu. Tetapi karena “Mbadak” bukan hanya sekali, sehingga aku terbiasa dengan hal itu. Berharap saja jika ada orang baik yang lewat dan mau untuk ditumpangi. Hingga hari ini aku percaya jika semua yang aku lakukan, perjuangan untuk bisa bersekolah dan segala cobaan hidup yang pernah aku alami pasti ada rencana tersendiri dari-Nya yang menjadi seknario paling indah yang ditujukan-Nya padaku. Aku hanya bisa berdoa dan selalu bertawakal.

Saat ini aku sudah dalam tingkat kelas XII SMA. Saatnya untuk menentukan haluan kemana aku harus pergi.Sekarang aku tak pernah takut untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya, alasannya hanya dengan pendidikanlah yang bisa merubah kehidupanku bersama keluarga. Yang terpenting saat ini adalah aku bisa diterima di perguruan tinggi negeri. Berharap bisa lolos beasiswa Bidik Misi yang diberikan Pemerintah. Semoga perjuanganku untuk bersekolah tidak terhenti sampai disini. Semoga aku bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri yang terdapat beasiswa Etosnya, supaya aku bisa mendapat pengembangan diri dan ilmu yang bisa aku aplikasikan dalam kehidupan ini. Karena sebaik baiknya manusia adalah yang berguna bagi orang lain. Sehingga aku dan hidupku yang singkat ini bisa kugunakan untuk membantu orang lain.
Terimakasih, inilah kisahku.

Wassalamu’alaikum Wr Wb













Selasa, 05 Mei 2015

Sweet Moment Unforgetable




Kado Special

by Nina Indriyanti R





Kemarin adalah ulang tahunku yang ke 18. Terimakasih sekali untuk teman-teman yang meluangkan waktunya untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukku dari sms, inbox FB, BBM, Telfon dan lainnya deh. Makasih ya (nyengir)

Tak terbayang sebelumnya mendapat kado istimewa. Untuknya yang telah mengorbankan waktunya untuk membuat karya melalui aplikasi Gambar itu merupakan kado teristimewa yang aku dapatkan. Tak memandang itu buruk atau tidak yang pasti aku sangat menyukainya dan akan aku simpan dalm memori Laptop, hp dan memori ingatanku yang takkan terlupakan. Terutama dihati yang paling dalam (sambil senyum-senyum). Terimakasih :D

Kejutan yang sontak membuatku kaget ketika adhik-adhik yang unyu-unyu itu mengunciku di luar ketika aku sedang mengangkat telfon. Bersama mbak Ima, aku membuka paksa pintu itu. Saat di buka *Ba da la Ucapan Happy Brithday dan selamat ulang tahun mereka nyanyikan ditemani satu Loyang roti berbentuk love yang berukurang kecil. Dilanjutkan doa bersama menyambut usiaku yang genap 18 tahun itu. Sungguh tak bisa berkata - kata ketika mengalami itu. Aku bahagia sekali, Tetapi lisan ini tak bisa berucap, mungkin melaui tulisan ini dapat mengekspresikan perasaanku pada kalian. Adhik – adhikku tersayang terimakasih ya :* Maafin mbak yang belum bisa menjadi tauladan yang baik untuk kalian, yang sering cerewet ketika semua tak berjalan sesuai rencana. 

Momen ini sebenarnya adalah hari untuk mengintrospeksi diri, hal apakah selama 18 tahun ini yang aku lakukan. Begitu banyak hal-hal yang perlu direvisi ulang untuk menyusun strategi kehidupan selanjutnya. Pembelajaran hidup yang menguatkakku hingga saat ini. Terutama energy positif yang ditularkan oleh orang-orang disekitarku yang luar biasa hebatnya. Berkurangnya usiaku ini menyadarkanku bahwa perjuangan sesungguhnya baru akan dimulai. Aku hanya ingin terjerumus ketempat yang benar saja. 

Tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hingga detik ini diberikan kemudahan dan senantiasa dilimpahkan kenikmatan yang teramat banyaknya. Hingga lisan ini tak dapat menyebutkan apa sajakah hal itu. Terimakasih Tuhan, berkat kehendakmu aku hidup ditengah lingkungan yang strategis untuk membawaku menuju jalanmu yang benar, In Syaa Allah.

Ibu yang melahirkan dan membesarkan , merawat, mengasihiku tak hentinya mencurahkan kasih sayangnya untukku yang terkadang membuatnya kesal dan marah. Untuk ayah dan mamah yang ada di Kalimantan, aku bahagia sekali ketika kalian juga tidak lupa dengan ulang tahunku. Terimakasih terimakasih terimakasih.

Teman-teman yang senantiasa menemani setiap langkahku saat senang, susah, sedih dan lainnya. Terimakasih karena telang mengucapkan selamat ulang Tahun.




Keberhasilan Yang Tertunda




Keberhasilan Yang Tertunda
by Nina Indriyanti R

Suara tangisan anak kecil yang menjadi sountrack saat terbitnya kabar penerimaan mahasiswa politeknik melaui jalur undangan 2015 tahun ini, seolah menjadi pertanda buruk.  Loading yang sedikit lama melalui wifi asramaku juga seolah tak mendukung untuk bisa membuka laman tentang hal ini. Padahal, biasanya koneksi internet pada waktu siang hari jarang sekali loading lama. Seakan semua komponen tak mau aku mengetahui kabar ini, entah diterima atau tidaknya.

Penasaran sempat menghinggapi hati sanubari saat semuanya terjadi. Badan terasa panas dingin dalam menunggu masa penantian pengumuman ini. Jari jemariku serasa kaku sekali ketika mengetik keyword untuk membuka laman pengumuman. Sebelum memasukkan nama dan nomer peserta ke dalam aplikasinya aku berdoa sejenak kepada Tuhan, supaya diberikan ketabahan jika nanti aku tidak lolos pada kesempatan ini. Memohon untuk ditempatkan di tempat yang terbaik menurut-Nya dan dengan cara-Nya pula. Serasa ada energy yang menusuk hati, diteruskan aliran darah dengan energy positif pula yang mengalir ke jari jemari untuk segera menuliskan kata hati.

Perlahan-lahan tapi pasti, aku menuliskan nomer peserta seleksi beserta nama sebagai keyword untuk mengetahui lolos tidaknya pada jalur ini. Setelah aku enter ternyata ada semacam kota merah yang tertera dibawah form aplikasi yang tertulis bahwa aku belum lolos pada jalur undangan politeknik tahun 2015 ini. Mengucap syukur Alhamdulilah pada Yang Kuasa, karena telah memberi kenikmatan sebuah kegagalan saat ini. Sedikit kecewa memang, serasa melambung tinggi sebelumnya karena memprediksikan akan lolos dan realitanya ternyata sebaliknya. Jatuh berkeping-keping, hancur lebur, pecah belah, entahlah sungguh tiada kata yang bisa mengibaratkan perasaanku kali ini. 

Berkat kekuatan doa sebelumnya yang aku panjatkan kepada Tuhan dan semangat untuk berjuang dari orang-orang sekitar, akupun mulai bangkit setelah sekitar 15 menit merasa kecewa tiada tara, sampai-sampai badan ini panas dingin, mati rasa. Sebenarnya ini adalah keberhasilan yang tertunda.  Setidaknya aku telah menggugurkan tiket kegagalanku kali  ini. Mengulang kembali menyusun rencana strategi, memperbersar usaha dan meningkatkan doa demi perolehan yang luar biasa. Tabah dan Sabar adalah modalku saat ini, diselimuti dengan ikhtiar dan tawakal dan dilengkapi dengan doa serasa semua itu bisa aku kalahkan. Hanya saja belum untuk saat ini ketika aku mengalami sebuah kegagalan. Orang yang aku kenal mengatakan bahwa ini bukanlah sebuah Akhir, melainkan adalah sebuah Awal, tetap semangat. Seribu jalan menuju Roma. Mari, Take Action ! .

Sabtu, 02 Mei 2015

Jelang Ulang Tahun "Yang Tersayang"



Jelang Ulang Tahun “Yang Tersayang”


Hari ini adalah hari bertepatan dengan hari kelahiranku, tanggal 2 Mei. 18 Tahun sudah aku mengarungi asam manis kehidupan. Ciyelahh kayak Drama aja ya (ketawa  ngakak)
Sebenernya sih kurang beberapa jam lagi sih, tapi tak apalah, menghibur diri sendiri. Huaaa (Meratapi Nasib)

Aku mencintai diriku sendiri. Peringatan hari ulang tahun ini sebenarnya membuatku sedih. Pada ulang tahunku ke-18 ini aku merasa belum bisa memaksimalkan segala potensi yang ada pada diriku sendiri sebelumnya, untuk itu aku marah dengan diriku sendiri.  Hari Ulang tahun ini memperingatiku untuk senantiasa introspeksi diri dan selalu bersyukur terhadap segala kenikmatan yang diberikan Tuhan terhadapku. Aku menyadari sekali bahwa selama inibanyak sekali kesalahan, khilaf dan dosa yang telah kuperbuat selama 18 tahun terakhir ini. Maafkanlah aku jika aku banyak membuat masalah, untuk kawanku, Bapak /ibu guru, untuk kakak tingkatku yang selalu membantu memberi pengarahanku, untuk kedua orang tuaku yang memenuhi kebutuhan afeksi, proteksi dan pribadiku selama ini, maaf maaf maaf. 

Pada ulang tahunku yang ke-18 tahun ini semoga aku bisa tumbuh menjadi pribadi yang memiliki prinsip hidup yang tatag, penuh integritas, dan bisa menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Aku megetahui benar bahwa mungkin hanya sedikit orang yang memberi selamat akan itu, tetapi tak apalah. Bukan orang lain yang menganggap diri kita apa, tetapi diri kitalah yang menentukan sendiri kita anggap apa. 

Hari ini pula bertepatan dengan hari pendidikan Indonesia. Hari ketika semua orang melakukan upacara untuk memperingatinya. Suatu apresiasi tersendiri ketika hari ini tiba. Serasa seperti seluruh Indonesia ikut juga merayakan hari ulang tahunku, merasakan kebahagiaan bersama. Bahagia, akuingin setiap langkahku memberikan pengaruh positif dan menginspiratif banyak orang walupun dengan segala keterbatasan yang kumiliki, tatapi semua itu tidak akan mematahkan semangat juangku untuk ikut berkontribusi terhadap Negara. Keterbatasan itu jangan sampai membatasi. 

Tulisanku ini juga aku dedikasikan untuk diriku sendiri, supaya teringat masamasa sulit yang memang akan tersimpan rapi dalam hati sanubari yang paling dalam. Semoga perjalanan hidup yang aku jalani selama kurun waktu 18 tahun ini memberikan pembelajaran hidup yang dapat aku petik hikmahnya. Pengalaman merupakan guru terbaik dalam setiap langkahku. Entah pengalamn sendiri atau orang lain, aku hanya belajar dari sana. 

Untukku yang berulang tahun hari ini, semoga resolusi hidup yang telah kau rencanakan sebelumnya dapat tercapai walau banyak rintangan, karena hidup itu adalah sebiiah perjuangan. Sakit, bahagia, kecewa, sakit hati, susah, senang, marah, galau dan imitasi lainnya menjadi asam manis bumbu kehidupanku. Aku menyadari benar akan itu. Semoga yang kuasa memberikan kemudahan dan petunjuk-Nya. 

Aku ingin seperti bunga mawar yang senantiasa harum dan indah. Bunga mawar yang memiliki duri penjaga. Tumbuh ditengah curamnya jurang. Langka, harum, indah dan berharga. Supaya nantinya hanya orang orang tertentulah yang bisa memetikku. Orang yang rela mempertaruhkan dirinya untuk meraihku dengan apa adanya, tak bersyarat.