Keberhasilan
Yang Tertunda
by Nina Indriyanti R
by Nina Indriyanti R
Suara tangisan anak kecil yang menjadi sountrack
saat terbitnya kabar penerimaan mahasiswa politeknik melaui jalur undangan 2015
tahun ini, seolah menjadi pertanda buruk. Loading yang sedikit lama melalui wifi asramaku
juga seolah tak mendukung untuk bisa membuka laman tentang hal ini. Padahal,
biasanya koneksi internet pada waktu siang hari jarang sekali loading lama.
Seakan semua komponen tak mau aku mengetahui kabar ini, entah diterima atau
tidaknya.
Penasaran sempat menghinggapi hati sanubari saat
semuanya terjadi. Badan terasa panas dingin dalam menunggu masa penantian
pengumuman ini. Jari jemariku serasa kaku sekali ketika mengetik keyword untuk membuka laman pengumuman. Sebelum
memasukkan nama dan nomer peserta ke dalam aplikasinya aku berdoa sejenak
kepada Tuhan, supaya diberikan ketabahan jika nanti aku tidak lolos pada
kesempatan ini. Memohon untuk ditempatkan di tempat yang terbaik menurut-Nya
dan dengan cara-Nya pula. Serasa ada energy yang menusuk hati, diteruskan
aliran darah dengan energy positif pula yang mengalir ke jari jemari untuk
segera menuliskan kata hati.
Perlahan-lahan tapi pasti, aku menuliskan nomer peserta
seleksi beserta nama sebagai keyword
untuk mengetahui lolos tidaknya pada jalur ini. Setelah aku enter ternyata ada semacam kota merah
yang tertera dibawah form aplikasi yang tertulis bahwa aku belum lolos pada jalur
undangan politeknik tahun 2015 ini. Mengucap syukur Alhamdulilah pada Yang
Kuasa, karena telah memberi kenikmatan sebuah kegagalan saat ini. Sedikit
kecewa memang, serasa melambung tinggi sebelumnya karena memprediksikan akan
lolos dan realitanya ternyata sebaliknya. Jatuh berkeping-keping, hancur lebur,
pecah belah, entahlah sungguh tiada kata yang bisa mengibaratkan perasaanku
kali ini.
Berkat kekuatan doa sebelumnya yang aku panjatkan
kepada Tuhan dan semangat untuk berjuang dari orang-orang sekitar, akupun mulai
bangkit setelah sekitar 15 menit merasa kecewa tiada tara, sampai-sampai badan
ini panas dingin, mati rasa. Sebenarnya ini adalah keberhasilan yang
tertunda. Setidaknya aku telah
menggugurkan tiket kegagalanku kali ini.
Mengulang kembali menyusun rencana strategi, memperbersar usaha dan
meningkatkan doa demi perolehan yang luar biasa. Tabah dan Sabar adalah modalku
saat ini, diselimuti dengan ikhtiar dan tawakal dan dilengkapi dengan doa
serasa semua itu bisa aku kalahkan. Hanya saja belum untuk saat ini ketika aku
mengalami sebuah kegagalan. Orang yang aku kenal mengatakan bahwa ini bukanlah
sebuah Akhir, melainkan adalah sebuah Awal, tetap semangat. Seribu jalan menuju Roma. Mari, Take Action ! .
Mungkin takdir Anda kuliah di Universitas Indonesia :)
BalasHapusSemoga menjadi kenyataan, begitupun dengan Anda. Bukankah seperti itu Cahaya Intan Ketulusan.....
Hapus