Minggu, 15 Juli 2018


REFORMASI DAKWAH: Menuju Indonesia Berdaya 2045
Oleh Nina Indriyanti R/Etoser 2016/Ready For SPC



Tau gak sih cita-cita Indonesia di tahun 2045 itu ada apa aja. Nah, sebenernya cita-cita bangsa kita tak hanya ada di pembukaan UUD 1945 yang kita kenal secara umum. Bangsa ini melalui aparatur negaranya juga udah merumuskan loh apa aja sih target capaian kita di tahun 2045. Harapannya dapat mewujudkan Indonesia yang lebih berdaya. So, setelah saya baca-baca lagi dari beberapa sumber referensi ternyata ada banyak target capaian kita yang sedang diusahakan bersama, tentu aja yang berhubungan dengan 17 Sustainable Development Goals (SDGs). Lalu, ada yang mencuri perhatian saya ketika salah satu target capaian kita yaitu menjadi generasi emas, yang membawa perekonomian Indonesia mengalahkan negara adidaya seperti Amerika dan China. Lalu, berbagai aspek mulai dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mewujudkan hal ini. Ternyata saling terkait loh satu sama lainnya.

Hhhhmmm diluar itu semua, apa yang dapat kita lakukan sebagai seorang muslim untuk juga berkontribusi terhadap Islam dan negara. Coba kita lihat teman, apa yang sedang terjadi di dunia sekitar kita.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas Islam bukan, tetapi penyerapan anggaran melalui Zakat masih minim. Dilansir dari Metrotvnews.com menyebutkan bahwa Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Puskas Baznas) mencatat potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 286 triliun per tahun, tetapi hanya ada sekita 2,5 % dari potensi itu yang dapat dikumpulkan. Padahal jika semua dana tersalurkan melalui zakat akan ada sekitar 27,76 juta jiwa yang dapat lepas dari kemiskinan. Huhuhuu miris baca beritanya.. terus pada kemana nih umat muslim kita? Hhhhmmm

Terus juga ini, terkait dengan RIBA, kita menyadari betul bahwa interaksi kita di lembaga bank konvensional secara tidak langsung melanggengkan adanya RIBA di Indonesia. Tapi tak banyak juga yang beralih atau menyimpan uangnya di bank Syariah, yaaa walaupun ada perdebatan terkait hal ini.

Cerita lainnya, ketika saya ketika saya dan tim berhasil masuk dalam seleksi PKM didanai Kemenristekdikti tahun 2018 ini, mempertemukan saya dengan kelompok lain. Kelompok yang beranggotakan mahasiswa FEB UI itu kebetulan juga mengangkat topic tentang Zakat Mal di Indonesia menjadi sebuah riset ilmiah. Saya merasa tertampar ketika disuguhkan berbagai data yang menyatakan bahwa masyarakat Indonesia ini gemar menolong orang, membantu sesama satu sama lain tetapi tak banyak yang menyalurkan hartanya melalui zakat. Astagfirullah….

Padahal nih, kalau kalian tau lembaga zakat itu memiliki porsi-porsi tertentu dalam penyaluran dana zakatnya untuk kemashalatan umat. Baik bidang pendidikan, kesehatan, investasi sumber daya manusia maupun issue-issue kemanusiaan lainnya. So, bukan hanya di kitabisa.com aja kita bisa bantu sesama, tetapi juga dengan berpartisispasi menjadi penyalur zakat atau nama kerennya menjadi seorang Muzakki kita bisa menginvestasikan kekayaan kita dengan pahala yang tak terputus. Widiiiiw masyaAllah banget yaa.. 

Lalu saya juga berkesempatan untuk melakukan sebuah penelitian bertajuk Wisata Halal berbasis teknologi. Ketika menyelami lebih jauh ternyata potensi Indonesia untuk menyuguhkan sebuah wisata halal ini sungguh terbuka lebar. Disamping kita memiliki keanekaragaman budaya, potensi alam, peninggalan sejarah namun satu yang menjadi kekuatan yaitu Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam juga nilai toleransi yang tertanam kuat. Seperti saudara kita yang ada di Banyuwangi sana telah menerapkan konsep ini sebagai andalan kotanya. Sebut saja Pulau Santen yan ditata sedemikian rupa dengan kerja sama berbagai lapisan masyarakat, menerapkan konsep ini sebagai pengembangan wisatanya. Setidaknya dengan koridor halal tourism menjaga kita umat muslim untuk tetap terjaga saat berwisata. Promosi wisata ini juga di dukung dengan berbagai aplikasi berbasis teknologi yang mempermudah akses menuju kesana.

Berbekal semua itu saya memiliki harapan bahwa keunikan alam yang ada dibingkai dengan wisata yang halalan thoyiban akan lebih bermakna rasanya. Selain hal ini menjadi keunikan tersendiri, namun juga menjadi benteng pertahanan bagi kita untuk mengurangi adanya pengaruh gaya hidup kebarat-baratan yang tak cocok dengan nilai-nilai Islam. Kontribusi itu akan terasa saat kita sendiri ikut berperan nih guys. Terus terus terus, gimana sih cara kita berkontribusi?

Wah, ada 1001 cara kita untuk berpartisipasi dalam dakwah Islam dan negara tercinta. Salah satunya dengan mencerdaskan masyarakat kita tentang prioritas apa yang diambil dalam setiap langkah kehidupan kita. Kita yang digolongkan menjadi generasi milenials ini cenderung menggunakan fitur-fitur teknologi yang lebih efektif dan efisien untuk menyebarkan informasi daripada masih menggunakan cara yang konvensional. Berdasarkan kecenderungan itu, agaknya perlu deh untuk kita juga mereformasi cara kita berdakwah di masyarakat. Sebenernya apa sih Reformasi Dakwah itu?

Jadi nih gengs, dari goresan tangan Mas Arya Sandyudha senior FISIP UI mengenalkan istilah reformasi dakwah, singkatnya sih cara yang berbeda dalam berdakwah di masyarakat dengan mengikuti perkembangan era tanpa menghilangkan esensi dan nilai dakwah itu sendiri, mantaaaps.

Kalau dulu kan dakwah disampaikan door to door kan, melalui guru kepada muridnya dan seterusnya. But, kita gak bisa selamanya menunggu bola gens, tapi kudu menjemput bola yang kemudian kita bagi ke yang lain supaya bisa menembus gawang lawan, iye gak sih. Maka dari itu, kita perlu mereformasi cara kita berdakwah dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Ribet banget sih harus ini itu,

Ibarat orang jualan nih ya kita juga perlu tau pasar kita sebagai tempat jualan itu kek mana. Ya kali kan semisal di pasar yang lagi hits HP Android type X,Y,Z masak kita mau jual HP jadul type 8250 yang bisa buat kirim SMS dan telfon aja. Kurang lebih kek gitu lah,

kita juga perlu nih mengatur strategi ulang untuk pemenangan dakwah kita di masyarakat. Pernah inget ini gak, hadist Nabi Muhammad SAW bersabda:
Suatu saat konstantinopel akan ditaklukan oleh umat muslim. Panglima yang akan menaklukannya adalah pimpinan terbaik dan pasukan yang berhasil menaklukannya adalah pasukan terbaik (HR Ahmaad).

Kalau dulu perang beneran, tapi kalau sekarang kan perang pemikiran.

So, mau kan kamu menjadi bagian dari pasukan itu? Ingat, ini juga kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk menolong agama Allah. Setidaknya dengan membagikan hal-hal baik di akun media sosial yang kita punya, jugaaa dengan mencoba menjadi muslim yang baik. Dengan begitu, dakwah pake penyampaian yang berbeda ini membuat masyarakat kita tercerdaskan dengan berbagai produk Islami yang harusnya menjadi prioritas setiap dari kita.






Referensi:
Anonim. 24 Desember 2010.”Belajar Dari Panglima Terbaik Dalam Sejarah Islam”. Available at https://www.kaskus.co.id/thread/50d968035a2acf544d000020/belajar-dari-panglima-terbaik-dalam-sejarah-islam-quotmuhammad-al-fatihquot/
Anonim. “Profil Arya Sandyudha”. Available at https://www.goodreads.com/author/show/1793055.Arya_Sandhiyudha
Akmal, Putri. Kamis, 02 Maret 2017, 13:20 WIB. “Destinasi Wisata Halal Baru di Bayuwangi Pantai Halal”. Available at https://travel.detik.com/travel-news/d-3436182/destinasi-wisata-halal-baru-di-banyuwangi-pantai-halal-pulau-santen
Kurniawan, Dian. 03 Mar 2017, 12:21 WIB. “Pulau Kumuh Banyuwangi Bersolek Untuk Wisata Halal”. Available at  https://www.liputan6.com/regional/read/2873681/pulau-kumuh-banyuwangi-bersolek-untuk-wisata-halal
Stefanie, Christie. CNN Indonesia | Senin, 09/04/2018 12:59 WIB. Available at https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180409105848-20-289413/indonesia-emas-2045-jokowi-minta-pemuda-tahan-banting





BERBAGI ITU INDAH

Notulensi Pembinaan

Pembinaan Bulanan ETOS
Tempat & waktu  : Minggu, 26 Maret 2017 Pukul 15.30 – 18.00 WIB
Pembicara             : Luthfia Kurnia
Tema                      : “Training Pemberdayaan Masyarakat: Berdaya – Memberdayakan”


Community Develompment adalah suatu program pembinaan masyarakat untuk meningkatkan nilai produktivitas masyarakat sehingga terbangun masyarakat yang mandiri.
Pendekatan dalam ComDev:
Terdapat beberapa pihak dalam menjalankan pendekatan dalam ComDev, meliputi sebagai berikut:
1.      Pemerintah
Pemerintah bertugas membangun masyarakat menjadi lebih baik, dari hal yang buruk ke hal yang baik. Namun dalam menjalankan hal ini, pemerintah tidak sendirian. Kemudian munculah adanya kelompok masyarakat yang membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. Namanya NGO yang tugasnya mempertemukan antara pemerintah dan masyarakat atau juga membangun masyarakat menjadi lebih baik. Namun, dalam penyelenggaraannya terjadi penyelewengan, sehingga NGO juga tidak mampu mewujudkan hal ini.
2.      Rakyat
3.      NGO
4.      Pengusaha
Ketika dua elemen tersebut tidak berjalan sesuai dengan keinginan maka dunia usaha bertindak.





Kemudian hubungannya dengan ComDev yaitu sebagai berikut:
1.      Pendekatannya sesuai dengan isu yang menjadi focus dalam penyelesaian masalah.
2.      Pendekatan yang terintegrasi antar satu dengan yang lain yaitu pendekatan dengan adanya
muncul sentralistik yaitu sebuah pemusatan segala urusan yang diatur oleh Pemerintah, sehingga semuanya sama dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh dengan adanya mekanisme Musyawarah yang memicu adanya sebuah sentralistrik.
-          Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan)
Dalam dunia Perencanaan:
Top Down yaitu Semuanya prosedur berasal dari pusat
Namun dalam pelaksanaannya kemudian dikritisi akibat beberapa ketidaksesuaian, sehingga muncul mekanisme
Buttom Up yaitu sebuah aturan yang terdapat dalam UUD 1945 Pasal 32 tentang otonomi daerah.
Lalu dalam Musrenbang, sudah terdapat Buttom Up, tetapi hal ini dikritisi kembali karena bersifat procedural (Hanya mengisi formulir keluhan) kemudian untuk diteruskan di kelurahan, diteruskan ke kecamatan-kabupaten hingga kepusat (hanya dipilh pilih sesuai dengan kepentingan). Lalu hal ini dianggap gagal akbat metode musrenbang ini tidak menjamin adanya pemerataan pembangunan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dengan masyarakat.
3.      Adanya kesadaran kolektif masyarakat yang dibangun
Prosesnya berupa pengembangan komunitas tersebut dengan mengubah kondisi masyarakat saat ini ke kondisi yang diharapkan.
Kondisi saat ini melalui sebuah proses kemudian ke kondisi yang diharapkan.
Proses dalam hal ini, dengan membutuhkan Informasi atau data yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Data yang dapat digunakan dalam melakukan pemetaan untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan meliputi sebagai berikut:
1.      Pemetaan Sumberdaya (SDM, SDA, EKONOMI, KEUANGAN, SOSIAL)
Caranya dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a.       RRA (Rapid Rural Appraisal)  
RRA adalah sebuah pengkajian wilayah yang dilakukan dengan cepat (3-6 bulan)
Pemetaan ini dengan menggunakan kalender musim yang biasa diterapkan dalam mendapatkan informasi untuk nantinya diolah. Sebagai contoh, misalnya masa panen yang ada dalam masyarakat tersebut.
b.      PRA (Partisipatory Rural Appraisal) :
PRA adalah sebuah pengkajian secara pastisipatif seperti proses Buttom up.
Note:
Merubah paradigma masyarakat untuk memiliki pandangan yang lebih beragam dalam peneyelesaian suatu masalah.
c.       RRA/PRA
Terdapat beberapa pihak dalam pelaksanaan pendekatan ini, meliputi hal sebagai berikut:
CO (Community Organizer) yaitu mengorganisir masyarakat.
CD (Community Development) yaitu penguatan dalam kelompoknya dengan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat.
CE (Community Empowerment) yaitu menghubungkan dengan jejaring, menguatkan masyarakat untuk lebih mandiri dengan pembangunan jejaring dengan stake holdernya.


Sesi Tanya Jawab:

  1. Bagaimana terkait dengan pendapatan seorang fasilitator dalam Community Development?
Terdapat beberapa aturan dalam menghargai seorang fasilitator meliputi sebagai berikut:
a.          Kita yang menghargai diri kita sendiri
b.         Fifti-Fifti (Kita kompromi dengan yang memiliki program pembinaan)
c.          Tergantung dengan penyelenggara
d.         Kita yang mengeluarkan biaya
Metode ini berdasarkan sudut pandang fasilitator, sedangkan berdasarkan sudut pandang penyelengara terdapat perbedaan cara menghargai seorang fasilitator di Indonesia dan yang diperlakukan oleh perusahaan asing. Apabila perusahaan di Indonesia menghargai fasilitator dengan gaji yang tidak sebesar dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan asing.

  1. Apa perbedaan antara PRA dengan RRA?
RRA merupakan pendekatan dengan menggunakan kacaamata kita sebagai peneliti.
PRA merupakan pendekatan yang dikonfirmasi benar atau tidak menggunakan percakapan dengan masyarakat secara langsung. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pendekatan ini. Pertama, tidak boleh bias waktu-dimana disesuaikan dengan waktu masyarakat bukan waktu kita sebagai peneliti. Kedua, tidak boleh bias Tokoh, dimana kita tidak boleh melihat secara strukturnya aja, tapi orang yang mempengaruhi atau memberi pengaruh dalam lingkungan tersebut. Ketiga, tidak boleh bias tempat, dimana melakukan pendekatan ditempat yang menurut kita nyaman, misal tongkrongan ojek, warung kopi. Keempat, jangan sering bertemu dengan bapak-bapak, tetapi ibu-ibu saja karena akan mendapat banyak data yang diperoleh. Kelima, Ikutlah aktif dalam kegiatan masyarakat pada saat pendekatan.

  1. Apakah hal-hal yang paling susah dalam menjalankan Community Development ini?
Hal yang masih menjadi PR untuk para pegiat komunitas adalah terkait dengan konsistensi diri sendiri karena minimal 3 bulan masa pendekatan tidak ditinggal.
  1. Bagaimana penerapan Community Development dalam kehidupan nyata?
Sebagai contoh kasus, sebuah komunitas KOMPAK (Komunitas Katulampa)
Pada awalnya prosesnya adalah setelah melakukan pendekatan dengan metode RRA kemudian dilakukan pendekatan kelembagaan dalam masyarakat tersebut. Awalnya tidak teratur, kemudian membuat hal itu menjadi lebih teratur. Menentukan sebuah Visi dan Misi yang akan dicapai dalam ComDev ini. Kemudian, menggali potensi yang masyarakat punya, fasilitator hanya mengarahkan kea rah yang baik. Dalam kasus komunitas ini dengan adanya pengembanga:
a.    Sanggar Anak Kreatif
b.   Ekonomi Kreatif
c.    Aksi Peduli Lingkungan dengan kerjasama dan inisiasi dengan komuitas lain supaya lebih terbedaya.
d.   Kampung Wisata
Selanjutnya, melakukan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatannya. Kemudian terdapat trik dalam melaksanakan ComDev ini meliputi sebagai berikut:
a.       Mulailah dari yang kecil supaya mudah dikelola
b.      Mulailah dari kebutuhan dasar sasaran (bukan kebutuhan pihak luar atau ‘proyek’)
c.       Ajarkan mulai dari teknis sampai strategis
d.      Dampingilah sampai bisa ditinggalkan
e.       Kembangkan ke dalam (yang ada di asrama) dan tularkan ke luar (di luar asrama).
f.       Jangan memulai dengan uang, mulailah dengan ruang artinya ajari masyarakat tentang cara mengritisi uang bukan sebaliknya.
g.      Ruang untuk ekspresi dimana kita memberi ruang untuk mereka berekspresi.
h.      Komunitas bukan sebuah komoditi.

  1. Bagaimana Strategi masuk komunitas dalam masyarakat?
Biasanya menggunakan data sekunder untuk membangun ComDev ini, misalnya: data satatistik.
  1. Bagaimana sebuah masyarakat itu dianggap berhasil ComDevnya?
Pendampingan masyarakat itu berhasil ketika ada monitoring dari masyarakat dan kita sebagai fasilitator melampaui beberapa indicator.

  1. Bagaimana fasilitator melakukan langkag ketiga dalam pengembangan ComDev yaitu menghubungkan kejejaring?
Fasilitator mendekatkan ke orang atau pihak yang punya memiliki uang lebih, caranya dengan masyarakat didorong untuk mempunyai presentasi tentang lingkungan mereka. Mendorong mereka untuk mempunyai semacam Rencana Pembangunan Jangka Pendek Wilayah mereka. Supaya bisa terpresentasikan dengan pihak lain. Profil Wilayahnya itu yang jadi fokusnya dalam presentasi tersebut.

  1. Apakah dalam ComDev bisa dilakukan sendiri atau harus bersama pihak lain?
Pada intinya kuantitas itu tidak menjadi masalah. Maksudnya adalah ketika memang harus satu orang maka orang ini harus memiliki komitmen tinggi dalam ComDev tersebut, begitupun sebaliknya.






Menjemput Asa, Menggapai Cita
Nina Indriyanti Ratnasari Sosiologi Universitas Indonesia Angkatan 2016

                                                                             


Etos Road To School (ERTS) sebuah jembatan terciptanya inklusivitas pendidikan, dari Etos untuk bangsa, dari anak negeri untuk negaranya.
Nina Indriyanti Ratnasari

Siapa sangka Etos Road To School (ERTS) banyak di nanti, apalagi untuk para calon mahasiswa baru yang masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Tahun ini kali pertamanya saya melakukan tugas mulia ini di Jakarta. Peraturan yang baru mengharuskan saya untuk menjalankan tugas mulia ini di wilayah seorang etoser menerima manfaat. Luar biasa sekali saya bisa berkesempatan untuk mengunjungi salah satu SMA di Depok yang tingkat ekonomi siswanya cenderung berada di kelas menegah. Asumsi ini muncul ketika saya mengunjungi SMA dan melakukan assesment dengan berbincang sedikit dengan beberapa murid yang ada disana. Asumsi saya terpatahkan! Ternyata tidak semua siswa disana seperti itu. Ada beberapa dari mereka yang memang secara ekonomi mengalami keterbatasan namun juga ada yang tidak. Tidak hanya itu, kebutuhan akan motivasi untuk senantiasa berjuang juga agaknya diperlukan. Saya sebagai anak daerah yang sekarang ini hidup ditengah hiruk-pikuk perkotaan merasa miris ketika mengetahui realita ini. Seharusnya tempat tinggal di kota membuat segala akses pendidikan dan informasi itu mudah didapatkan, namun kenyataannya tidak. Untuk itu, saya memutuskan memilih lokasi ini untuk menjalankan ERTS di tahun 2018.
Pengalaman saya ketika menjalankan ERTS tahun ini tentunya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengalaman ini semakin membuat saya bersyukur karena memperoleh kesempatan berkuliah di salah satu universitas terbaik seantero Indonesia. Puji Syukur Allhamdullilah, Allhamdullilah, Allhamdullilah yang senantiasa saya ucapan ketika mengingat momen tersebut. Sedangkan di luar sana masih ada yang sedang berjuang menjemput peruntungan hidup melalui bersekolah. ERTS hadir sebagai salah satu jembatan bagi siswa dalam memperoleh informasi terkait dengan info beberapa ujian masuk perguruan tinggi dan beasiswa yang tersedia disana. Tak luput dari itu, saya juga menyampaiakan beberapa tips dan pengalaman hidup semasa penantian untuk mendapatkan kesempatan berkuliah di tahun kedua lulus dari SMA. Kali ini saya tidak sendirian, namun di temani oleh beberapa relawan yang juga menyampaikan kisah inspiratif dan membantu saya mendokumentasikan kegiatan ini. Tentu saja kedua komponen ini penting, karena inspirasi ibarat sebagai ruh, dan dokumentasi ibarat sebuah bingkai kesan dan harapan yang tergambar melalui foto juga video.
Sewaktu saya menginformasikan terkait kegiatan ERTS ini di sebuah grup pertemanan, ternyata banyak yang merespon dan berkeinginan menjadi relawan ERTS. Kemudian, saya bertemu dengan beberapa relawan yang ternyata berasal dari SMA penerima manfaat ERTS di Depok tahun 2018. Ketika saya berbincang dengan keduanya, saya menyimpulkan satu alasan yang mendasari keinginan mereka untuk kembali ke SMA. Kepedulian kepada adik-adik SMA-nya dan pengalaman kegagalan yang pernah mereka rasakan saat mencari peruntungan hidup melalui pendidikan ini menjadi cambuk untuk mereka membagikan kisah inspiratifnya supaya menjadi pelajaran hidup.
ERTS pun dilaksanakan, sebuah awal kisah perjuangan anak bangsa dalam menggapai citanya. Ketika acara berjalan, semua siswa memperhatikan materi motivasi dari relawan inspirasi, Beberapa ada yang mencatat poin pentingnya, beberapa ada yang mendengarkan dengan saksama. Puncaknya saat sesi pengalaman hidup disamapaikan. Kebetulan relawan yang hadir merupakan senior SMA mereka, sehingga menjadi sebuah contoh kongkrit dalam hal menjemput asa, menggapai cita untuk berkuliah di perguruan tinggi. Saya sebagai anak dari salah satu desa yang berada di Kabupaten Blora Jawa Tengah juga berkesempatan menyampaikan pengalaman saya dalam mencari peruntungan hidup kala itu. Beberapa ada yang menitihkan air mata, ekspresi beragam lainnya juga terpancar. Saya juga terharu dalam hal ini, ternyata energi positif dalam diri kami para relawan dapat tertransfer dengan baik. Kemudian, kami menyampaikan informasi terkait dengan banyak beasiswa yang disediakan oleh beberapa pihak. Ekspresi penuh harap terpancar dari raut wajah mereka. Kami sebagai penyampai informasi juga semakin bersemangat untuk menyampaikannya. Kondisi haru kembali menyelimuti saat saya sebagai etoser menyampaikan beberapa kisah inspriratif dari para etoser lainnya terkait perjuangan mereka untuk berkuliah. Semua informasi ini menjadi sebuah alarm diri, bahwa perjuangan belum berakhir tetapi menjadi sebuah awal.
Kegiatan ERTS berakhir dengan sesi foto bersama dengan semua siswa dan relawan. Semua bergembira dan saling meminta kontak satu sama lainnya untuk sekedar mengirim kabar. Ucapan terima kasih dari siswa juga tersampaikan kepada kami sebagai relawan juga dari pihak guru di sekolah. Beberapa guru menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat di harapkan, menurut beliau siswa disana masih perlu banyak dorongan motivasi, khususnya dari kakak-kakak yang sudah menempuh pendidikan perguruan tinggi. Beliau juga menceritakan bahwa ada beberapa siswa yang berpotensi tetapi memiliki keterbatasan ekonomi dan adanya masalah keluarga yang menghambatnya melanjutkan ke perguruan tinggi.  Banyak anak yang ternyata membutuhkan uluran tangan kita bukan hanya materi tetapi melalui cerita pengalaman hidup kita yang bisa kita bagikan untuk mereka. Setidaknya bisa menjadi sebuah pelajaran hidup yang bisa mereka ambil hikmahnya.
Relawan juga memiliki kesan mendalam yang memebekas seusai menjalankan ERTS. Firman tuhan yang menyatakan bahwa 
“Sebaik- baiknya seorang manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.
 Kesan itu yang tertanam dalam benak para relawan, bahwa pada akhirnya kisah kegagalan mereka di masa lalu dapat memotivasi siswa-siswi SMA yang akan menjalankan sebuah proses kehidupan, sebuah fase serupa yang pernah dilalui sebelumnya. Bukan sebuah keberhasilan jika tidak ada proses pembelajaran melalui berbagai proses kegagalan yang dilalui. Sebuah tagline ‘Kuliah Tak Gentar’ menjadi sebuah semangat menggapai cita. Hal ini yang coba ditanamkan para relawan melalui cerita inspriratifnya. Etos Road To School mencoba menebarkan semangat juang dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitarnya melalui caranya sendiri. Oleh karena itu, saya yang membantu para relawan dalam melaksanakan project sosial ini merasa senang bisa menjembatani adik-adik SMA dalam menggapai citanya. Dari Etos untuk bangsa, dari anak negeri untuk negaranya.


                                                            Salam Semangat dari Skrikandi kota Blora
Depok, 10 Mei 2018